Setiap kali saya melewati laut
Jakarta, Mata saya selalu tertuju pada pulau Ondrust dan kelor. Pulau
kelor ini kecil, berpasir, dengan sisa
bangunan benteng tua, dan satu buah pohon besar. Jika tidak benar-benar menginjakkan
kaki kepulau tersebut, setiap orang yang melihat akan berpikir, pohon besar itu
adalah satu-satunya pohon di Pulau kelor. Ondrust pun tak kalah menantang, tak
jauh dari pulau kelor, reruntuhan bangunannya yg padat mengisyaratkan misteri
yang membuat hati saya dihinggapi rasa penasaran yang membuncah.
Kemisteriusannya memanggil-mangil hati saya menciptakan kebulan mimpi baru yang
ingin saya wujudkan.
“Suatu hari saya akan kesana!”
Pergi ke Pulau Ondrus, dan kelor
tak semudah pergi kepulau seribu lainnya. Kedua pulau itu adalah pulau cagar
budaya. Tak ada kapal umum yang berlabuh disana. Harus menyewa perahu dari
pelabuhan Jakarta, atau pelabuhan Tanjung Pasir tanggerang. Biaya sewa kapal
berkisar Rp. 800.000- Rp. 2.000.000, bergantung besar dan ukuran kapal.
Saya mencoba mencari kapal kecil
di muara angke, tempat banyak kapal-kapal umum menyewakan jasa transportasi
umum ke beberapa pulau seribu. Tak satu pun kapal yang berhenti di Pulau Ondrust.
Saya pergi menawar kapal-kapal kecil pada nelayan-nelayan disekitar muara
tersebut. Tawar-menawar berlangsung alot, semakin saya menawar semakin teriris
rasanya hati ini.
“Pak, delapan ratus ribu aja ya
pak? murahinlah pak sama mahasiswa, kantungnya tipis-tipis, belum pada kerja”.
Bujukku.
“Nggak kurang lagi neng, neng
enak jadi mahasiswa, punya masa depan. Makan tinggal makan, saya hari ini
makan, besok belum tentu bisa makan, buat anak istri semua serba kurang”. Jawab
nelayan penjaga kapal milik seorang saudagar china.
Miris rasanya, puluhan buruh
nelayan berkulit legam selegam kehidupan yang menyapa mereka justru menjadi
budak di negeri sendiri yang kaya alamnya. Sementara orang kulit putih, setiap
hari jutaan uang mengalir untuknya, tersembunyi dalam bungunan-bangunan tinggi
tak jauh dari perkampungan kumuh nelayan pribumi dalam komplek perumahan mewah.
Beginikah sisi kelam kehidupan negeriku. Negeri yang amat kucintai.
Dengan perasaan nyaris putus asa
saya pergi beranjak pulang. Sampai akhirnya pertolongan Allah datang. Tak
sengaja saya bertemu dengan seorang ikhwan kepanduan disana. Berkat bantuannya
saya bisa mendapatkan kapal untuk pergi kelima pulau-pulau sekitar ondrus
dengan biaya Rp. 1.000.000, kapasitas 50 orang dengan fasilitas 1 kamar mandi.
Dengan biaya Rp. 1.000.000 dibagi
30 orang, kami hanya perlu patungan Rp 30.000 untuk bisa pualng-pergi
berkeliling-keliling pulau kelor, ondrus, rambutan dan untung jawa.
Alhamdulillah..
HOREE!! KITA JADI KEPUALU
ONDRUST!
(Bersambung)
(Bersambung)