Minggu, 30 Desember 2012

Selimut Debu




Nama Buku         : Selimut Debu
Penulis                 : Agustinus Wibowo
Harga Buku         : Rp. 75.000,00*
Tebal Buku          : 461 Halaman

“Berapa harga kepala kambing ini?”

“Lima puluh Afghani”

“lima puluh? Terlalu mahal. Dua puluh saja”.

“Apa? Dua puluh? Kau Gila. Kau kira ini kepala manusia”.

                                                                                                                      ….

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar nama Afghanistan?
Kebanyakan orang akan mengorientasikannya pada Si Taliban. Si Komunis.  Si teroris dan segala kisah tentang bom, ranjau, dan segala keganasan negeri perang. Akan tetapi, ternyata tak sampai disitu, banyak misteri yang tak terungkap dari balik gunung-gunung Ghor dan Hazarat, dari pedalaman Gurun Laili, dari taman surga di Bamiyan, dan dari tepian sungai Amu Darya. Misteri-misteri itu kini tertuang dalam torehan pena dalam buku Selimut Debu.

Buku dengan tebal 461 halaman ini khusus menggambarkan tentang satu negeri. Dialah Afghanistan. Negeri tua tempat peradaban mulai berayun, berputar, dan berjalan. Kota-kota kuno tegak, kejayaan masalalu berpendar, tanah berdebu yang sejak dulu hingga kini diperebutkan para penguasa dunia.

Buku ini adalah buku kisah perjalanan petualangan Agustinus Wibowo selama beberapa tahun di Afghanistan. Akan tetapi, tak seperti buku petualangan lainnya, buku ini kaya akan nilai sejarah, budaya, dan antropologi. Pria yang mengusai  lima belas bahasa ini, menelusuri seluk beluk Afghanistan  dari Pakistan, hingga perbatasan Tajikistan dan iran. Ia juga melalui jalur Khyber pass. Jalur yang dulu dilintasi para penakluk dunia, mulai Iskandar Agung, Timurleng, Babur, Mahmud Ghaznavi, jalur saat islam pertama menyebar di Asia selatan. Kemampuannya menguasai bahasa dan perjalanan yang menyatu dengan budaya tempat ia berpijak, membuat buku ini mampu mengajak kita meresapi kehidupan perjuangan penduduk afghanistan ditengah deraan derita perang, ikut bermimpi bersamanya dan ikut menangis dari balik selimut debu tanah Afghan.

Seperti apakah perjuangan orang-orang afghan bangkit dari derita perang?
Bagaimana kehidupan kaum minortitas syiah dan Ismailia ditengah masyarakat yang disebut-sebut konservatif dan fundamentalis?
Seperti apa primordialisme antar etnik disana?
Seperti apa keadaan islam di negeri tempat produksi opium terbesar di dunia? Karena Tak jauh dari peninggalan masjid disana, ladang-ladang Opium tumbuh subur lalu siap dipasarka ke seluruh dunia?
seperti apa mimpi-mimpi mereka?
Jawaban-jawaban tersebut ada dalam buku ini.

Galery hasil dokumentasi perjalanan dapat dilihat di :http://www.avgustin.net/gallery.php

_Hanifah Fitri, 1 Januari 2013_