Rabu, 26 September 2012

Perjuangan Ke Pulau Onrust


Setiap kali saya melewati laut Jakarta, Mata saya selalu tertuju pada pulau Ondrust dan kelor. Pulau kelor  ini kecil, berpasir, dengan sisa bangunan benteng tua, dan satu buah pohon besar. Jika tidak benar-benar menginjakkan kaki kepulau tersebut, setiap orang yang melihat akan berpikir, pohon besar itu adalah satu-satunya pohon di Pulau kelor. Ondrust pun tak kalah menantang, tak jauh dari pulau kelor, reruntuhan bangunannya yg padat mengisyaratkan misteri yang membuat hati saya dihinggapi rasa penasaran yang membuncah. Kemisteriusannya memanggil-mangil hati saya menciptakan kebulan mimpi baru yang ingin saya wujudkan.

“Suatu hari saya akan kesana!”
Pergi ke Pulau Ondrus, dan kelor tak semudah pergi kepulau seribu lainnya. Kedua pulau itu adalah pulau cagar budaya. Tak ada kapal umum yang berlabuh disana. Harus menyewa perahu dari pelabuhan Jakarta, atau pelabuhan Tanjung Pasir tanggerang. Biaya sewa kapal berkisar Rp. 800.000- Rp. 2.000.000, bergantung besar dan ukuran kapal.
Saya mencoba mencari kapal kecil di muara angke, tempat banyak kapal-kapal umum menyewakan jasa transportasi umum ke beberapa pulau seribu. Tak satu pun kapal yang berhenti di Pulau Ondrust. Saya pergi menawar kapal-kapal kecil pada nelayan-nelayan disekitar muara tersebut. Tawar-menawar berlangsung alot, semakin saya menawar semakin teriris rasanya hati ini.
“Pak, delapan ratus ribu aja ya pak? murahinlah pak sama mahasiswa, kantungnya tipis-tipis, belum pada kerja”. Bujukku.
“Nggak kurang lagi neng, neng enak jadi mahasiswa, punya masa depan. Makan tinggal makan, saya hari ini makan, besok belum tentu bisa makan, buat anak istri semua serba kurang”. Jawab nelayan penjaga kapal milik seorang saudagar china.
Miris rasanya, puluhan buruh nelayan berkulit legam selegam kehidupan yang menyapa mereka justru menjadi budak di negeri sendiri yang kaya alamnya. Sementara orang kulit putih, setiap hari jutaan uang mengalir untuknya, tersembunyi dalam bungunan-bangunan tinggi tak jauh dari perkampungan kumuh nelayan pribumi dalam komplek perumahan mewah. Beginikah sisi kelam kehidupan negeriku. Negeri yang amat kucintai.
Dengan perasaan nyaris putus asa saya pergi beranjak pulang. Sampai akhirnya pertolongan Allah datang. Tak sengaja saya bertemu dengan seorang ikhwan kepanduan disana. Berkat bantuannya saya bisa mendapatkan kapal untuk pergi kelima pulau-pulau sekitar ondrus dengan biaya Rp. 1.000.000, kapasitas 50 orang dengan fasilitas 1 kamar mandi.
Dengan biaya Rp. 1.000.000 dibagi 30 orang, kami hanya perlu patungan Rp 30.000 untuk bisa pualng-pergi berkeliling-keliling pulau kelor, ondrus, rambutan dan untung jawa. Alhamdulillah..

HOREE!! KITA JADI KEPUALU ONDRUST!



(Bersambung)