"Lebih dari sekedar hobi berkelana tampaknya adalah takdirku".
Ungkapan ini mungkin terdengar "lebay", haha.. yah, tapi sepertinya memang begitulah. Kalau aku tilik dari sejarah pengalaman hidupku sejak kecil, ayah, ibu, mbah, dan saudara lain, mereka akan menceritakan kenakalanku tentang bagaimana aku berpetualang ala anak-anak kecil jaman dulu.
Sejak kecil aku sudah mencintai alam. Saat usia sekitar 3 tahun, aku tinggal dekat taman kanak-kanak yang memiliki banyak wahana bermain. Akan tetapi, kata ibu aku tak seperti anak-anak disekitarku yang senang bermain bersama di wahana tersebut. Aku lebih memilih bermain sendiri menumpuk batu-batu dan ranting menjadi sebuah bangunan.
Saat usiaku memasuki masa TK, aku sering hilang dicari “orang sekampung”. Biasanya mereka akan menemukanku di daerah persawahan terdekat atau di kebun kecapi. Oleh sebab itu, nenekku menggembok pintu pagar rumah agar aku tak kembali hilang. Namun keesookan harinya nenekku mendapati aku tengah memanjat pagar sambil diteriak-teriaki tetangga depan. Nenekku tak lagi mengizinkanku bahkan untuk sekedar main di halaman. Nenek mengunci pintu rumah agar aku tidak kembali hilang.
Begitula sejarah masa kecilku, sejak kecil aku memang punya ketertarikan tinggi pada alam. Ketika banyak gadis-adis seusiaku mengoleksi gambar-gambar anime atau boneka-boneka disney, aku lebih memilih mengoleksi berbagai gambar pemandangan indah dari beragam topografi di dunia. Kemudian aku bermimpi suatu hari aku akan berjalan ke tempat-tempat dalam koleksi gambarku.
Bagiku berjalan adalah suatu keindahan. Meski kulit harus terbakar karenanya, meski tubuh menjadi ringkih di rundung dingin, meski kaki lelah berjalan, meski harus bersusah payah mencari uang untuk menutupi biaya perjalanan, aku menemukan kenikmatan tersendiri. Karena bagiku, berjalan seperti oksigen, ia terbebas lepas lalu masuk mengalir bersama aliran darah menghidupi mimpi-mimpiku. Ia la adalah suatu proses pembelajaran tentang manusia dan hal yang membuat ku belajar menjadi manusia.
Perjalanan memberiku banyak pelajaran.Ia adalah suatu proses pengajaran tentang manusia dan hal yang membuat ku belajar menjadi manusia. Saat kakiku lelah mendaki, aku belajar bahwa tak ada prestasi yang bisa dibanggakan tanpa sebuah kerja keras. Saat mengamati kerasnya hidup seorang petani dan nelayan, aku belajar mengahargai tiap suap nasi yang ku nikmati dan tak ada satupun sesuatu yang aku nikmati yang bukan dari hasil pengorbanan orang lain. Dari panas, dari dingin, dari malam, dari hujan, dari bintang yang bertaburan, dari lembah yang menghijau, padi yang menguning, laut yang biru aku bersyukur karena Tuhan telah menakdirkan ku hidup untuk menyaksikan keharmonian lukisanNya yang sempurna.
Maka dari situ, ku bisikkan doa kecil ku kepada pemilik alam. "Tuhanku, izinkanlah aku menjadi seorang pengelana dunia".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar